Penelitian Mandatory (PM-UNS)

LPPM    Surakarta.

Sumber Pembiayaan : PNBP
Batas Upload Proposal : 10 Feb 2019
Tahun : 2019

<p>Peran pembangunan dan pengembangan sains dan teknologi dianggap sangat mutlak dalam memenangkan persaingan global. Hal ini telah lama dibuktikan secara empirik dari pengalaman beberapa negara di dunia yang telah menunjukkan keberhasilannya dalam meningkatkan peran sains dan teknologi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi seperti Jepang, Korea, Singapura, dll. Banyak negara telah menginvestasikan modal yang tidak sedikit demi peningkatan daya saingnya melalui penganggaran riset-riset yang menghasilkan inovasi sebagai <em>driving force </em>(pemacu) pertumbuhan ekonomi. Pencapaian dalam penemuan dan inovasi industrial adalah suatu proses sistematis yang dibentuk oleh akumulasi riset-riset ilmiah (R&amp;D). Perguruan Tinggi (PT) sebagai salah satu lembaga yang memiliki sumber daya dalam pengembangan sains dan teknologi harus mampu mengambil peran dan tanggung jawab ini sesuai dengan yang digariskan dalam Tri Dharma. Riset di PT harus bermuara pada peningkatan publikasi, HKI, purwarupa/<em>prototype</em>, dll yang akan menjadi rujukan pengetahuan (sain dan teknologi) dalam mengembangkan inovasi bagi pembangunan ekonomi bangsa sehingga daya saing bangsa meningkat.</p> <p>Publikasi hasil penelitian memang menjadi ukuran seberapa besar PT memberi impak bagi perkembangan sains, teknologi dan pembangunan. Pada tataran awal, publikasi secara langsung akan menjadi sumber referensi tentang apa yang dipelajari, apa yang diajarkan dan apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa dengan apa yang telah dipelajarinya. Pada tataran selanjutnya, publikasi akan menjadi sumber invensi yang membuka ranah baru dalam mengakselerasi pertumbungan ekonomi dan peningkatan daya saing. Pada tahapan ini, impak dari publikasi tidak selalu dapat dirasakan secara langsung seperti yang disebutkan diatas. Namun dengan mempublikasikan hasil penelitiannya, penemuan tersebut dapat menjadi rujukan bagi peneliti yang lain (<em>citation</em>) sehingga akumulasi dari penemuan oleh berbagai peneliti ini akan mengarah pada kematangan ilmu yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan peran ilmu dalam pembangunan nasional. Dengan demikian kebijakan yang&nbsp; dibuat &nbsp;PT&nbsp; terkait &nbsp;dengan &nbsp;riset&nbsp; harus &nbsp;dimulai&nbsp; dari &nbsp;peningkatan &nbsp;kapasitas penelitian dalam menghasilkan publikasi yang bermutu karena dari publikasi inilah <em>road map </em>peran PT dalam meningkatkan daya saing bangsa dapat diwujudkan.</p> <p>Publikasi ilmiah yang bermutu merupakan konsekuensi logis dari pelaksanaan penelitian yang baik. &nbsp;Penelitian yang baik berpangkal dari kemampuan peneliti dalam menformulasikan masalah penelitian dalam kerangka <em>state of the art</em>, sehingga posisi dan kontribusi sains dan teknologi yang diharapkan dari penelitian yang diusulkan menjadi jelas dan nyata. Tentu saja dukungan (aksesibilitas) sarana dan prasarana akan menjadi kunci selanjutnya menuju pencapaian target penelitian yang diusulkan. Dengan demikian maka peningkatan kapasitas penelitian dalam kerangka peningkatan publikasi yang bermutu menyangkut dua hal yang tidak bisa dipisahkan yaitu kapasitas sumberdaya peneliti dan (aksesibilitas) sarana/prasarana. Dalam konteks inilah kebijakan penelitian melalui <em>Research Group </em>(RG) akan memberikan trak pelaksanaan penelitian menuju peningkatan kapasitas sumber daya peneliti maupun (aksesibilitas) sarana/prasarana penelitian.</p> <p>RG memberikan kesempatan terjadinya sinergi para peneliti dari beragam keahlian dan kepakaran yang secara otomatis akan meningkatkan kapasitas peneliti yang tergabung dalam RG tersebut. Perkembangan dan kemajuan RG akan terlihat dari peran dan kontribusi dari setiap anggota dibawah kepemimpian ketua RG. Peran dan kontribusi ini akan terus meningkat yang selanjutnya terukur dari keterlibatan setiap anggota RG dalam menghasilkan publikasi yang bermutu. Jadi RG tidak dimaksudkan untuk menjadi rumah bagi peneliti hebat untuk menunjukkan performanya secara mandiri tetapi RG merupakan sarana untuk bersinergi dalam berkarya dimana kapasitas sumber daya peneliti yang tergabung dalam RG akan meningkat. Terjadinya sinergi antar peneliti juga memberi ruang yang lebih luas bagi RG untuk memiliki akses terhadap sarana dan prasarana penelitian sehingga <em>road map </em>penelitian yang telah digariskan dalam RG dapat terlaksana.</p> <p>Publikasi bermutu yang merupakan buah dari kapasitas penelitian yang meningkat harus diukur dengan kriteria yang jelas. Publikasi yang memenuhi kriteria ini dianggap sebagai publikasi yang melalui <em>peer review </em>yang benar, sekalipun disadari terutama untuk &nbsp;jurnal &nbsp;nasional &nbsp;ber-ISSN&nbsp; karena&nbsp; mudahnya &nbsp;memperoleh ISSN bagi para pengelola jurnal maka banyak muncul jurnal-jurnal yang dikelola terutama secara internal yang lemah dalam proses <em>peer review</em>. Bahkan dengan semakin berkembangnya&nbsp; desiminasi &nbsp;penelitian &nbsp;melalui &nbsp;media&nbsp; online, &nbsp;muncul beragam jurnal dengan kategori nasional dan internasional yang diragukan proses <em>peer review-</em>nya. Kehadiran jurnal-jurnal online memang tidak sepenuhnya bisa disalahkan&nbsp; &nbsp;sebagai&nbsp; &nbsp;bentuk&nbsp; &nbsp;perlawanan&nbsp; &nbsp;terhadap&nbsp; &nbsp;mahalnya&nbsp;&nbsp; lisensi&nbsp; &nbsp;<em>traditional scientific journals</em>. Hanya saja sepanjang proses peer review dilakukan secara ketat dan berbobot, maka tidak ada yang salah dengan kualitas publikasi yang termuat dalam jurnal ini. Hal ini sejalan dengan penemuan Chanson (2007) yang menyimpulkan &nbsp;bahwa&nbsp; alat &nbsp;elektronik &nbsp;tidak &nbsp;dapat &nbsp;menggantikan <em>scholarship or critical thinking</em>, ia hanya memberikan kemudahan untuk mendesiminasikan penelitian tetapi mutu dan impak dari penelitian yang ditunjukkan dalam publikasi tetap tergantung pada <em>expert-review process</em>. Merujuk pada ketentuan oleh Tim PAK Dikti maka kualitas publikasi dalam jurnal dikelompokkan menjadi beberapa level: a). Jurnal internasional bereputasi (terindeks dalam database internasional bereputasi .e.g. Scopus dan memiliki impak faktor); b). Jurnal internasional terindek pada database bereputasi sebagai mana a) tersebut diatas tetapi belum memiliki impak faktor; c). Jurnal internasional terindek pada database internasional diluar c) diatas; d). Jurnal Nasional Terakreditasi; e). Jurnal Nasional ber-ISSN. Di luar ketentuan tersebut, banyak lembaga yang memberikan pemeringkatan terhadap mutu jurnal seperti Scimago JR yang mengkategorikan jurnal ke dalam (4) kuartil mulai dari kuartil terbaik &nbsp;Q1 &nbsp;sampai &nbsp;dengan &nbsp;kuartil &nbsp;terendah &nbsp;Q4. &nbsp;Ukuran lain &nbsp;yang&nbsp; bisa dijadikan rujukan adalah h-index yang menunjukkan baik produktivitas maupun <em>citation impact </em>dari seorang peneliti. LPPM dapat mengadopsi instrumen penilaian mutu&nbsp; &nbsp;publikasi&nbsp; &nbsp;sebagaimana&nbsp;&nbsp; tersebut&nbsp; &nbsp;diatas&nbsp; &nbsp;maupun&nbsp;&nbsp; dapat&nbsp; &nbsp;mengembangkan instrumen sendiri yang setara misalnya dengan P-index dan G-index. P-index menggambarkan kinerja personal peneliti dilihat dari publikasi sementara G-index menggambarkan kinerja RG yang merupakan junlah akumulasi P-index di dalam RG dibagi dengan jumlah anggota inti RG.</p> <p>Kebijak</p> <p>Peran pembangunan dan pengembangan sains dan teknologi dianggap sangat mutlak dalam memenangkan persaingan global. Hal ini telah lama dibuktikan secara empirik dari pengalaman beberapa negara di dunia yang telah menunjukkan keberhasilannya dalam meningkatkan peran sains dan teknologi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi seperti Jepang, Korea, Singapura, dll. Banyak negara telah menginvestasikan modal yang tidak sedikit demi peningkatan daya saingnya melalui penganggaran riset-riset yang menghasilkan inovasi sebagai <em>driving force </em>(pemacu) pertumbuhan ekonomi. Pencapaian dalam penemuan dan inovasi industrial adalah suatu proses sistematis yang dibentuk oleh akumulasi riset-riset ilmiah (R&amp;D). Perguruan Tinggi (PT) sebagai salah satu lembaga yang memiliki sumber daya dalam pengembangan sains dan teknologi harus mampu mengambil peran dan tanggung jawab ini sesuai dengan yang digariskan dalam Tri Dharma. Riset di PT harus bermuara pada peningkatan publikasi, HKI, purwarupa/<em>prototype</em>, dll yang akan menjadi rujukan pengetahuan (sain dan teknologi) dalam mengembangkan inovasi bagi pembangunan ekonomi bangsa sehingga daya saing bangsa meningkat.</p> <p>Publikasi hasil penelitian memang menjadi ukuran seberapa besar PT memberi impak bagi perkembangan sains, teknologi dan pembangunan. Pada tataran awal, publikasi secara langsung akan menjadi sumber referensi tentang apa yang dipelajari, apa yang diajarkan dan apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa dengan apa yang telah dipelajarinya. Pada tataran selanjutnya, publikasi akan menjadi sumber invensi yang membuka ranah baru dalam mengakselerasi pertumbungan ekonomi dan peningkatan daya saing. Pada tahapan ini, impak dari publikasi tidak selalu dapat dirasakan secara langsung seperti yang disebutkan diatas. Namun dengan mempublikasikan hasil penelitiannya, penemuan tersebut dapat menjadi rujukan bagi peneliti yang lain (<em>citation</em>) sehingga akumulasi dari penemuan oleh berbagai peneliti ini akan mengarah pada kematangan ilmu yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan peran ilmu dalam pembangunan nasional. Dengan demikian kebijakan yang&nbsp; dibuat &nbsp;PT&nbsp; terkait &nbsp;dengan &nbsp;riset&nbsp; harus &nbsp;dimulai&nbsp; dari &nbsp;peningkatan &nbsp;kapasitas penelitian dalam menghasilkan publikasi yang bermutu karena dari publikasi inilah <em>road map </em>peran PT dalam meningkatkan daya saing bangsa dapat diwujudkan.</p> <p>Publikasi ilmiah yang bermutu merupakan konsekuensi logis dari pelaksanaan penelitian yang baik. &nbsp;Penelitian yang baik berpangkal dari kemampuan peneliti dalam menformulasikan masalah penelitian dalam kerangka <em>state of the art</em>, sehingga posisi dan kontribusi sains dan teknologi yang diharapkan dari penelitian yang diusulkan menjadi jelas dan nyata. Tentu saja dukungan (aksesibilitas) sarana dan prasarana akan menjadi kunci selanjutnya menuju pencapaian target penelitian yang diusulkan. Dengan demikian maka peningkatan kapasitas penelitian dalam kerangka peningkatan publikasi yang bermutu menyangkut dua hal yang tidak bisa dipisahkan yaitu kapasitas sumberdaya peneliti dan (aksesibilitas) sarana/prasarana. Dalam konteks inilah kebijakan penelitian melalui <em>Research Group </em>(RG) akan memberikan trak pelaksanaan penelitian menuju peningkatan kapasitas sumber daya peneliti maupun (aksesibilitas) sarana/prasarana penelitian.</p> <p>RG memberikan kesempatan terjadinya sinergi para peneliti dari beragam keahlian dan kepakaran yang secara otomatis akan meningkatkan kapasitas peneliti yang tergabung dalam RG tersebut. Perkembangan dan kemajuan RG akan terlihat dari peran dan kontribusi dari setiap anggota dibawah kepemimpian ketua RG. Peran dan kontribusi ini akan terus meningkat yang selanjutnya terukur dari keterlibatan setiap anggota RG dalam menghasilkan publikasi yang bermutu. Jadi RG tidak dimaksudkan untuk menjadi rumah bagi peneliti hebat untuk menunjukkan performanya secara mandiri tetapi RG merupakan sarana untuk bersinergi dalam berkarya dimana kapasitas sumber daya peneliti yang tergabung dalam RG akan meningkat. Terjadinya sinergi antar peneliti juga memberi ruang yang lebih luas bagi RG untuk memiliki akses terhadap sarana dan prasarana penelitian sehingga <em>road map </em>penelitian yang telah digariskan dalam RG dapat terlaksana.</p> <p>Publikasi bermutu yang merupakan buah dari kapasitas penelitian yang meningkat harus diukur dengan kriteria yang jelas. Publikasi yang memenuhi kriteria ini dianggap sebagai publikasi yang melalui <em>peer review </em>yang benar, sekalipun disadari terutama untuk &nbsp;jurnal &nbsp;nasional &nbsp;ber-ISSN&nbsp; karena&nbsp; mudahnya &nbsp;memperoleh ISSN bagi para pengelola jurnal maka banyak muncul jurnal-jurnal yang dikelola terutama secara internal yang lemah dalam proses <em>peer review</em>. Bahkan dengan semakin berkembangnya&nbsp; desiminasi &nbsp;penelitian &nbsp;melalui &nbsp;media&nbsp; online, &nbsp;muncul beragam jurnal dengan kategori nasional dan internasional yang diragukan proses <em>peer review-</em>nya. Kehadiran jurnal-jurnal online memang tidak sepenuhnya bisa disalahkan&nbsp; &nbsp;sebagai&nbsp; &nbsp;bentuk&nbsp; &nbsp;perlawanan&nbsp; &nbsp;terhadap&nbsp; &nbsp;mahalnya&nbsp;&nbsp; lisensi&nbsp; &nbsp;<em>traditional scientific journals</em>. Hanya saja sepanjang proses peer review dilakukan secara ketat dan berbobot, maka tidak ada yang salah dengan kualitas publikasi yang termuat dalam jurnal ini. Hal ini sejalan dengan penemuan Chanson (2007) yang menyimpulkan &nbsp;bahwa&nbsp; alat &nbsp;elektronik &nbsp;tidak &nbsp;dapat &nbsp;menggantikan <em>scholarship or critical thinking</em>, ia hanya memberikan kemudahan untuk mendesiminasikan penelitian tetapi mutu dan impak dari penelitian yang ditunjukkan dalam publikasi tetap tergantung pada <em>expert-review process</em>. Merujuk pada ketentuan oleh Tim PAK Dikti maka kualitas publikasi dalam jurnal dikelompokkan menjadi beberapa level: a). Jurnal internasional bereputasi (terindeks dalam database internasional bereputasi .e.g. Scopus dan memiliki impak faktor); b). Jurnal internasional terindek pada database bereputasi sebagai mana a) tersebut diatas tetapi belum memiliki impak faktor; c). Jurnal internasional terindek pada database internasional diluar c) diatas; d). Jurnal Nasional Terakreditasi; e). Jurnal Nasional ber-ISSN. Di luar ketentuan tersebut, banyak lembaga yang memberikan pemeringkatan terhadap mutu jurnal seperti Scimago JR yang mengkategorikan jurnal ke dalam (4) kuartil mulai dari kuartil terbaik &nbsp;Q1 &nbsp;sampai &nbsp;dengan &nbsp;kuartil &nbsp;terendah &nbsp;Q4. &nbsp;Ukuran lain &nbsp;yang&nbsp; bisa dijadikan rujukan adalah h-index yang menunjukkan baik produktivitas maupun <em>citation impact </em>dari seorang peneliti. LPPM dapat mengadopsi instrumen penilaian mutu&nbsp; &nbsp;publikasi&nbsp; &nbsp;sebagaimana&nbsp;&nbsp; tersebut&nbsp; &nbsp;diatas&nbsp; &nbsp;maupun&nbsp;&nbsp; dapat&nbsp; &nbsp;mengembangkan instrumen sendiri yang setara misalnya dengan P-index dan G-index. P-index menggambarkan kinerja personal peneliti dilihat dari publikasi sementara G-index menggambarkan kinerja RG yang merupakan junlah akumulasi P-index di dalam RG dibagi dengan jumlah anggota inti RG.</p> <p>Kebijakan riset di UNS sedang diarahkan untuk meningkatkan <em>Key Performance Indicator </em>(KPI) yang salah satunya adalah publikasi ilmiah pada jurnal internasional. Penelusuran terhadap riset-riset yang telah dilaksanakan di UNS menunjukkan adanya ketimpangan antara jumlah penelitian termasuk alokasi dana dengan luaran yang berupa publikasi pada jurnal internasional. Sejak berdirinya UNS sampai dengan, jumlah publikasi internasional yang terindeks dalam database internasional bereputasi (Scopus) baru artikel. Minimnya publikasi ini juga &nbsp;menjadi&nbsp; salah&nbsp; satu&nbsp; faktor &nbsp;belum&nbsp; nampaknya &nbsp;kontribusi&nbsp; publikasi&nbsp; dalam penilaian dan pemeringkatan UNS menuju <em>world class university </em>(WCU). Menyadari hal ini pimpinan UNS telah menetapkan target untuk mencapai angka 4800 artikel yang terpublikasi pada data base internasional bereputasi (Scopus) pada tahun 2019. Dalam rangka mendukung pencapaian target besar ini, maka LPPM berupaya untuk menyusun skema penelitian Hibah Mandatory yang dapat mengakselerasi RG untuk menghasilkan publikasi yang memenuhi kriteria dimaksud. Performa RG dalam 2-3 tahun &nbsp;terakhir &nbsp;akan &nbsp;menjadi &nbsp;dasar&nbsp; pertimbangan &nbsp;dalam &nbsp;pemberian &nbsp;hibah &nbsp;ini mengingat target publikasi yang didukung <strong>oleh hibah ini harus 100% tercapai</strong><strong> pada tahun pelaksanaan hibah</strong><strong>.</strong></p> <p>an riset di UNS sedang diarahkan untuk meningkatkan <em>Key Performance Indicator </em>(KPI) yang salah satunya adalah publikasi ilmiah pada jurnal internasional. Penelusuran terhadap riset-riset yang telah dilaksanakan di UNS menunjukkan adanya ketimpangan antara jumlah penelitian termasuk alokasi dana dengan luaran yang berupa publikasi pada jurnal internasional. Sejak berdirinya UNS sampai dengan, jumlah publikasi internasional yang terindeks dalam database internasional bereputasi (Scopus) baru artikel. Minimnya publikasi ini juga &nbsp;menjadi&nbsp; salah&nbsp; satu&nbsp; faktor &nbsp;belum&nbsp; nampaknya &nbsp;kontribusi&nbsp; publikasi&nbsp; dalam penilaian dan pemeringkatan UNS menuju <em>world class university </em>(WCU). Menyadari hal ini pimpinan UNS telah menetapkan target untuk mencapai angka 4800 artikel yang terpublikasi pada data base internasional bereputasi (Scopus) pada tahun 2019. Dalam rangka mendukung pencapaian target besar ini, maka LPPM berupaya untuk menyusun skema penelitian Hibah Mandatory yang dapat mengakselerasi RG untuk menghasilkan publikasi yang memenuhi kriteria dimaksud. Performa RG dalam 2-3 tahun &nbsp;terakhir &nbsp;akan &nbsp;menjadi &nbsp;dasar&nbsp; pertimbangan &nbsp;dalam &nbsp;pemberian &nbsp;hibah &nbsp;ini mengingat target publikasi yang didukung <strong>oleh hibah ini harus 100% tercapai</strong><strong> pada tahun pelaksanaan hibah</strong><strong>.</strong></p>


<p>Tujuan program Hibah <em>Mandatory</em> adalah:</p> <ol style="list-style-type:lower-alpha;"> <li>Mengakselerasi <strong>jumlah</strong> publikasi bertaraf internasional bereputasi dan peningkatan kualitas publikasi internasional UNS oleh peneliti dalam RG yang telah memiliki bukti kinerja publikasi internasional terukur.</li> <li>Menjadikan RG yang telah memiliki kinerja publikasi internasional terukur sebagai ujung tombak dalam meraih kepastian pencapaian target publikasi institusi yang telah digariskan pimpinan UNS.</li> <li>Meningkatkan&nbsp; partisipasi, &nbsp;sinergi &nbsp;dan&nbsp; kapasitas &nbsp;peneliti &nbsp;dalam&nbsp; RG&nbsp; dalam menghasilkan publikasi internasional bereputasi.</li> </ol>


<p><strong>Lu</strong><strong>aran Penelitian</strong></p> <p>Luaran &nbsp;wajib penelitian&nbsp;&nbsp;&nbsp; ini &nbsp;berupa publikasi &nbsp;ilmiah &nbsp;dalam&nbsp;&nbsp; &nbsp;<strong><em>jurnal internasional bereputasi</em></strong><em> <strong>dan satu buah publikasi pada proceeding internasional yang terindeks dalam data base internasional atau dua (2) publikasi&nbsp; ilmiah &nbsp;dalam jurnal&nbsp; internasional bereputasi</strong></em><strong><em>,</em></strong><strong><em> pada tahun perolehan hibah</em></strong><strong><em> minimal berstatus accepted.</em></strong></p> <p><strong>Ketentuan Dasar dan Kriteria dan Pengusulan</strong></p>


<div> <p>Kriteria dan persyaratan umum pengusulan Penelitian <em>Mandatory</em>,&nbsp; yakni sebagai berikut.</p> <ol style="list-style-type:lower-alpha;"> <li>Ketua peneliti memiliki P indeks minimal 3* atau memiliki H-indeks &ge; 2. H indeks adalah indeks penulisan yang dikeluarkan oleh Scopus.</li> <li>Prioritas &nbsp;penilaian&nbsp; dititikberatkan &nbsp;pada &nbsp;rekaman&nbsp; publikasi. &nbsp;Publikasi &nbsp;yang dijadikan rujukan untuk evaluasi kinerja RG dalam menentukan kelayakan RG mendapatkan penelitian <em>Mandatory</em> adalah jurnal internasional bereputasi.</li> <li><strong>Peneliti harus sudah memiliki sebagian data pendahuluan dari rencana riset yang akan dipublikasikan</strong><strong> dan menyajikan peta jalan penelitian yang komprehensif.</strong></li> <li>Partisipasi peneliti dalam RG pada setiap publikasi sebagaimana dimaksud pada point b di atas juga menjadi pertimbangan.</li> <li>Durasi pembiayaan berlaku selama satu tahun.</li> <li>Jumlah dana kegiatan yang dialokasikan pada program ini adalah maksimum Rp. 100.000.000;</li> <li>Usulan kegiatan disimpan menjadi satu file dalam format pdf dengan ukuran maksimum 5MB, kemudian diunggah ke &nbsp;IRIS1103 &nbsp;dan <em>hardcopy </em>dikumpulkan di sub&nbsp; bagian Program LPPM.</li> </ol> <p>*Acuan P indeks yang dipergunakan adalah P indeks 2017 (merupakan besaran nilai hasil kinerja 2015 dan 2016). H indeks merupakan besaran nilai yang dikeluarkan oleh Scopus dan dapat dilihat di akun masing-masing jika telah memiliki publikasi yang terindeks di&nbsp; <a href="http://www.scopus.com/">www.scopus.com</a></p> </div> <p>&nbsp;</p>